Tema : Sepak Bola Sebagai Ajang Perjudian
Zakumi Maskot Piala Dunia 2010
I. Latar
Belakang
Minat masyarakat akan bidang olahraga sepak bola
menjadi suatu hal yang tidak asing lagi di berbagai negara.Hal ini terbukti
dari besarnya antusiame masyarakat dalam menyambut berbagai perhelatan yang di
selenggarakan oleh bidang olahraga ini.Antusiame yang hadir tidak hanya identik
dari kaum pria saja,beberapa kaum wanita bahkan sudah begitu mencintai bidang
olahraga ini.Hal inilah yang membuat kecintaan masyarakat semakin bertambah dan
menciptakan berbagai tradisi jelang pertandingan yang akan dilangsungkan.Mulai
dari nonton bareng,penciptaan bebrbagai aksesoris pendukung,lagu – lagu yang
tercipta dari berbagai lapisan masyrakat
sebagai supporter tim kesayangan mereka.Namun yang membuat ganjil adalah,ada
beberapa orang yang memenfaatkan momen ini untuk dijadikan sebagai ajang judi.
II.
Isi
Setelah opening ceremony World Cup Afsel 2010 (11 Juni 2010) di Stadion Soccer City, Johannesburg,
Afrika Selatan, sejak itu pula, atau dua pekan terakhir ini adalah demam bola,
Piala Dunia “Afsel 2010” sepakbola yang merebak hampir seantero dunia (s/d 11
Juli 2010). Negara yang tidak mempunyai kontestan/peserta piala dunia pun ikut
larut dalam suasana World Cup 2010. Indonesia misalnya, hampir di semua tempat
menyajikan nuansa bola dengan beraneka atribut, mulai dari pusat perbelanjaan
(mall, super market, pemukiman, toko-toko, restorant, cafe bahkan tak urung
sampai warung pojok atau warung kopi serta produk pakaian, makanan dan minuman,
assesoris atau handycraf hampir semua nuansa bola, sungguh gempitanya
turnamen/ajang olahraga yang sangat bergengsi di dunia ini.
Gempita Afsel 2010, dibuktikan dengan banyaknya reflika trofi
Piala Dunia 2010, hampir semua hotel berbintang di seantero nusantara memasang
pernak-pernik sepakbola, ada reflika trofi world cup, reflika Jabulani (bola
resmi piala dunia 2010), termasuk pula ada reflika lapangan sepakbola, bermacam
reflika, semua bernuansa bola dan Afrika Selatan, minimal bendera jagoan ada
terpasang, sebut misalnya di Hotel Clarion Makassar, memasang reflika “jabulani” bola (Jabulani raksasa, beratnya 7
kg, diameternya 2,5 meter) dan juga di Hotel Singgasana, Makassar, memasang
reflika trofi piala dunia bentuk dan warnanya sama dengan aslinya yang sekarang
diperebutkan di Afrika Selatan. Tapi soal ukuran reflika yang di hotel atau
mall rata-rata lebih besar dari trofi asli Piala Dunia. Sekedar info reflika
ini cukup besar dan berukuran, tinggi 2,4 meter, diameter 1 meter, menurut
pembuatnya butuh waktu dua minggu. Bahannya dari Gabus atau Styrofoam,
benar-benar mirip aslinya kecuali ukuran.
Sementara di sudut-sudut jalan, komplek perumahan, dllnya layar
lebar terpasang, ada pula layarnya pakai tembok warga sendiri. Tempat-tempat
ini menjadi alternative warga yang tidak doyan nongkrong atau nonton bareng di
warung kopi, café, hotel, dan lain sebagainya. Bahkan ramainya penonton hingga
menutup badan jalan. Penonton didominasi warga yang berprofesi sebagai Tukang
Ojek, Motor Becak dan masyarakat. Wah magnet piala dunia seakan telah membius
mereka.
Prediksi pertandingan menjadi topic paling menarik di semua
tempat nonton bareng (nobar) khususnya. Celaan terhadap tim-tim unggulan yang
gagal memenangkan pertandingan pun terlontar, serta pujian terhadap tim
unggulan yang berhasil lolos dari hadangan sang lawan pun mengalir.
Dalam ajang piala dunia Afsel 2010 ini, banyak kalangan
menjagokan Brasil dan Argentina sebagai kampiun jawara. Menurut saya, sejauh
ini baru tim Argentina dan Brasil yang membuat penonton terhibur. Sejarah juga
membuktikan jika turnamen bergensi empat tahunan itu di gelar di luar Erofa,
maka wakil Amerika Latin yang keluar sebagai jawaranya. Bagaimana di Afsel ini,
akan terulangkah sejarah itu…? Kita tunggu bersama.
Demam Piala Dunia menggema seantero dunia seiring pula demam
pemilukada baik pemilihan gubernur maupun pemilihan bupati/walikota yang
sementara berlangsung di Indonesia (hampir setiap hari), hal itu tampak sekali
pada saat nonton bareng debat kandidat yang sama serunya pada saat nonton
bareng sepakbola, dimana ruang debat juga bergemuruh ketika para kandidat
tampil berorasi politik dalam pemaparan visi-misinya.
Dalam pentas debat pemilukada, attack campaign tidak bisa
dihindari. Begitu pula dengan kontestasi di lapangan hijau selama Piala Dunia.
Dalam konteks perhelatan akbar sepak bola yang menampilkan tim-tim terbaik
dunia, kita masih disuguhkan aksi perseorangan yang cukup memukau dalam
memainkan kulit bundar, sebut saja Messi, Drogba, Park Ji Shung, Samuel Eto’o,
Ronaldo, Tevez, Sneijider, dan Gerrad berupaya bermain sportif pada setiap
pertandingan. Namun, pertandingan lain selama Piala Dunia, penonton juga
disuguhi kartu merah karena ada pemain yang melakukan pelanggaran atau bermain
kasar, diantaranya Miroslav Klose (Jerman), Sani Kaita (Nigeria), Itumeleng
Khune (Afsel), Abdelkader Ghezzal (Aljazair) dan Harry Kewell (Australia).
Kontestasi di lapangan hijau dengan kontestasi debat politik
tidaklah sama aturan mainnya. Di lapangan hijau, wasit mempunyai kewenangan
otonom dan dapat memberikan sanksi terberat (kartu merah) jika ada pemain
melakukan pelanggaran. Namun, dalam lapangan (panggung) debat pemilukada,
moderator (panelis atau host) hanya mempunyai aturan dalam bentuk imbauan agar
kandidat tidak melakukan penyerangan dengan masalah personal. Namun, hal itu
sulit dihindari karena ketika perdebatan sudah memasuki wilayah tabiat politik
kekuasaan, maka tentu percakapan negative campaign sulit dihindari, sama
seperti di lapangan hijau, kalau ambisi kemenangan yang sangat berlebihan tanpa
menjunjung tinggi sportivitas.
Sebenarnya, jika para kandidat debat pemilukada mau belajar dari
sportivitas pemain di lapangan hijau, peserta debat pemilukada mengandalkan kemampuan
berorasi secara cerdas dengan mengedepankan objektivitas, integritas, dan
talenta berwacana sehingga isu-isu strategis yang dilemparkan dalam debat
menunjukkan seorang pemimpin atau calon pemimpin yang mempunyai watak, talenta,
dan daya kritis konstruktif sehingga public (penonton) menilai, inilah kandidat
(pemain) yang pantas disebut sebagai pemimpin (pemain terbaik) yang dapat
diberi amanah (sepatu emas). Nilai sportivitas yang merupakan ciri seorang
petarung lapangan hijau yang dapat dicopy paste oleh para peserta debat
pemilukada (debat politik) serta mau mengakui kehebatan dan kualitas gagasan
(permainan) lawan politiknya (lawan main).
Sayang beribu sayang, karena momentum sepak bola ini juga
menjadi objek jualan terlaris bagi segelintir orang yang memanfaatkannya
sebagai ajang taruhan (judi). Tidak sedikit orang yang sebelumnya tidak
mengerti seluk-beluk pertaruhan, turut mengambil bagian dengan dalih sekedar
iseng. Sebuah aktifitas “iseng” yang sangat berbahaya, termasuk dampak negative
yang akan diperolehnya baik sekarang maupun dikemudian hari, judi merupakan
aktifitas (semu) yang sangat luar biasa buruknya dan merusak generasi. Tapi
memang agak susah, khususnya turnamen sepakbola terlepas dari ajang perjudian,
mulai kelas teri (sepak bola di desa) sampai dengan kelas kakap (sepakbola
Piala Dunia), terlebih World Cup merupakan turnamen tertinggi di dunia
persepakbolaan yang dilaksanakan sekali dalam empat tahun.
Ajang Piala Dunia 2010 ini, benar-benar dimanfaatkan penjudi
untuk mengeruk keuntungan berlimpah. Tidak tanggung-tanggung, omzet perhari
sindikat judi bola ini bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Tradisi perjudian ini bukan hanya pada perhelatan piala dunia, Bandar judi
sepakbola juga memanfaatkan momentum liga-liga Erofa, seperti, Liga Jerman,
Liga Italia, Liga Inggris, serta Liga Champion Eropa. Informasi sempat di
dapatkan, bahwa Bandar besar selain yang ada di Malaysia, Singapura, khusus di
Indonesia, bandarnya berpusat di Jakarta, Surabaya dan Kalimantan.
Modus operan di transaksi judi sepak bola ini macam-macam, bisa
tunai, kendaraan dengan titip kuncinya, surat-surat berharga (sertifikat
tanah/rumah atau STNK/BPKB kendaraan) sebagai taruhannya. Modus lainnya mereka
lakukan melalui jasa Short Message Service (SMS). Lebih canggih lagi, transaksi
dilakukan melalui jasa internet, dengan cara transfer taruhan lewat rekening.
Macam-macamlah cara yang dilakukan oleh penggila judi ini dalam memanfaatkan
momentum pertandingan sepakbola.
Indonesia patut belajar dan meneladani negaranya Nelson Mandela
ini dalam menata manajemen persepakbolaan, disamping kemampuan menciptakan
peluang/kesempatan bisnis bagi warganya, karena mampu sebagai tuan rumah Worl
Cup 2010 ini (11 Juni s/d 11 Juli 2010), karena dalam perhelatan sekelas World
Cup ini banyak aktivitas/kesempatan bisnis bisa terjadi didalamnya (khususnya
dalam sector ril). Namun sayang bukan Bola “Triple’s” Majalengka (produk Indonesia)
yang di pakai di Apsel 2010. Sebenarnya Indonesia kalah judi bisnis disini…..
Akh memang Indonesia (pemerintah maksud saya) tidak peduli produknya (UKM) yang
sudah mengglobal….. Piala Dunia 2014, harus pakai Bola Triple’s……. PR bagi
pemerintah dan PSSI.
Bravo Afsel 2010, Bravo persepakbolaan Indonesia. Majukan
sepakbola (PSSI) dan demokrasi (pemilukada) Indonesia tanpa Anarkis dan Judi.
III.
Kesimpulan/Saran
Hobi atau kesukaan
seharusnya menjadi pemacu tersendiri untuk diri kita.Seharusnya kita bisa
menyalurkannya pada hal – hal yang positif untuk kemajuan diri kita.Bukan
dengan memanfaatkan pengetahuan yang kita miliki akan bidang tersebut untuk hal
– hal negative lainnya.
Sumber :
http://lomba.kompasiana.com/gempita-afsel/2010/06/29/sepakbola-pemilukada-dan-judi/