Green Caramel Apples

Senin, 21 Mei 2012

Sepakbola, Pemilukada dan Judi


Tema : Sepak Bola Sebagai Ajang Perjudian

Zakumi Maskot Piala Dunia 2010

I.      Latar Belakang
Minat masyarakat akan bidang olahraga sepak bola menjadi suatu hal yang tidak asing lagi di berbagai negara.Hal ini terbukti dari besarnya antusiame masyarakat dalam menyambut berbagai perhelatan yang di selenggarakan oleh bidang olahraga ini.Antusiame yang hadir tidak hanya identik dari kaum pria saja,beberapa kaum wanita bahkan sudah begitu mencintai bidang olahraga ini.Hal inilah yang membuat kecintaan masyarakat semakin bertambah dan menciptakan berbagai tradisi jelang pertandingan yang akan dilangsungkan.Mulai dari nonton bareng,penciptaan bebrbagai aksesoris pendukung,lagu – lagu yang tercipta dari  berbagai lapisan masyrakat sebagai supporter tim kesayangan mereka.Namun yang membuat ganjil adalah,ada beberapa orang yang memenfaatkan momen ini untuk dijadikan sebagai ajang judi.
II.    Isi
Setelah opening ceremony World Cup Afsel 2010 (11 Juni 2010) di Stadion Soccer City, Johannesburg, Afrika Selatan, sejak itu pula, atau dua pekan terakhir ini adalah demam bola, Piala Dunia “Afsel 2010” sepakbola yang merebak hampir seantero dunia (s/d 11 Juli 2010). Negara yang tidak mempunyai kontestan/peserta piala dunia pun ikut larut dalam suasana World Cup 2010. Indonesia misalnya, hampir di semua tempat menyajikan nuansa bola dengan beraneka atribut, mulai dari pusat perbelanjaan (mall, super market, pemukiman, toko-toko, restorant, cafe bahkan tak urung sampai warung pojok atau warung kopi serta produk pakaian, makanan dan minuman, assesoris atau handycraf hampir semua nuansa bola, sungguh gempitanya turnamen/ajang olahraga yang sangat bergengsi di dunia ini.
Gempita Afsel 2010, dibuktikan dengan banyaknya reflika trofi Piala Dunia 2010, hampir semua hotel berbintang di seantero nusantara memasang pernak-pernik sepakbola, ada reflika trofi world cup, reflika Jabulani (bola resmi piala dunia 2010), termasuk pula ada reflika lapangan sepakbola, bermacam reflika, semua bernuansa bola dan Afrika Selatan, minimal bendera jagoan ada terpasang, sebut misalnya di Hotel Clarion Makassar, memasang reflika “jabulani” bola (Jabulani raksasa, beratnya 7 kg, diameternya 2,5 meter) dan juga di Hotel Singgasana, Makassar, memasang reflika trofi piala dunia bentuk dan warnanya sama dengan aslinya yang sekarang diperebutkan di Afrika Selatan. Tapi soal ukuran reflika yang di hotel atau mall rata-rata lebih besar dari trofi asli Piala Dunia. Sekedar info reflika ini cukup besar dan berukuran, tinggi 2,4 meter, diameter 1 meter, menurut pembuatnya butuh waktu dua minggu. Bahannya dari Gabus atau Styrofoam, benar-benar mirip aslinya kecuali ukuran.
Sementara di sudut-sudut jalan, komplek perumahan, dllnya layar lebar terpasang, ada pula layarnya pakai tembok warga sendiri. Tempat-tempat ini menjadi alternative warga yang tidak doyan nongkrong atau nonton bareng di warung kopi, café, hotel, dan lain sebagainya. Bahkan ramainya penonton hingga menutup badan jalan. Penonton didominasi warga yang berprofesi sebagai Tukang Ojek, Motor Becak dan masyarakat. Wah magnet piala dunia seakan telah membius mereka.
Prediksi pertandingan menjadi topic paling menarik di semua tempat nonton bareng (nobar) khususnya. Celaan terhadap tim-tim unggulan yang gagal memenangkan pertandingan pun terlontar, serta pujian terhadap tim unggulan yang berhasil lolos dari hadangan sang lawan pun mengalir.
Dalam ajang piala dunia Afsel 2010 ini, banyak kalangan menjagokan Brasil dan Argentina sebagai kampiun jawara. Menurut saya, sejauh ini baru tim Argentina dan Brasil yang membuat penonton terhibur. Sejarah juga membuktikan jika turnamen bergensi empat tahunan itu di gelar di luar Erofa, maka wakil Amerika Latin yang keluar sebagai jawaranya. Bagaimana di Afsel ini, akan terulangkah sejarah itu…? Kita tunggu bersama.
Demam Piala Dunia menggema seantero dunia seiring pula demam pemilukada baik pemilihan gubernur maupun pemilihan bupati/walikota yang sementara berlangsung di Indonesia (hampir setiap hari), hal itu tampak sekali pada saat nonton bareng debat kandidat yang sama serunya pada saat nonton bareng sepakbola, dimana ruang debat juga bergemuruh ketika para kandidat tampil berorasi politik dalam pemaparan visi-misinya.
Dalam pentas debat pemilukada, attack campaign tidak bisa dihindari. Begitu pula dengan kontestasi di lapangan hijau selama Piala Dunia. Dalam konteks perhelatan akbar sepak bola yang menampilkan tim-tim terbaik dunia, kita masih disuguhkan aksi perseorangan yang cukup memukau dalam memainkan kulit bundar, sebut saja Messi, Drogba, Park Ji Shung, Samuel Eto’o, Ronaldo, Tevez, Sneijider, dan Gerrad berupaya bermain sportif pada setiap pertandingan. Namun, pertandingan lain selama Piala Dunia, penonton juga disuguhi kartu merah karena ada pemain yang melakukan pelanggaran atau bermain kasar, diantaranya Miroslav Klose (Jerman), Sani Kaita (Nigeria), Itumeleng Khune (Afsel), Abdelkader Ghezzal (Aljazair) dan Harry Kewell (Australia).
Kontestasi di lapangan hijau dengan kontestasi debat politik tidaklah sama aturan mainnya. Di lapangan hijau, wasit mempunyai kewenangan otonom dan dapat memberikan sanksi terberat (kartu merah) jika ada pemain melakukan pelanggaran. Namun, dalam lapangan (panggung) debat pemilukada, moderator (panelis atau host) hanya mempunyai aturan dalam bentuk imbauan agar kandidat tidak melakukan penyerangan dengan masalah personal. Namun, hal itu sulit dihindari karena ketika perdebatan sudah memasuki wilayah tabiat politik kekuasaan, maka tentu percakapan negative campaign sulit dihindari, sama seperti di lapangan hijau, kalau ambisi kemenangan yang sangat berlebihan tanpa menjunjung tinggi sportivitas.
Sebenarnya, jika para kandidat debat pemilukada mau belajar dari sportivitas pemain di lapangan hijau, peserta debat pemilukada mengandalkan kemampuan berorasi secara cerdas dengan mengedepankan objektivitas, integritas, dan talenta berwacana sehingga isu-isu strategis yang dilemparkan dalam debat menunjukkan seorang pemimpin atau calon pemimpin yang mempunyai watak, talenta, dan daya kritis konstruktif sehingga public (penonton) menilai, inilah kandidat (pemain) yang pantas disebut sebagai pemimpin (pemain terbaik) yang dapat diberi amanah (sepatu emas). Nilai sportivitas yang merupakan ciri seorang petarung lapangan hijau yang dapat dicopy paste oleh para peserta debat pemilukada (debat politik) serta mau mengakui kehebatan dan kualitas gagasan (permainan) lawan politiknya (lawan main).
Sayang beribu sayang, karena momentum sepak bola ini juga menjadi objek jualan terlaris bagi segelintir orang yang memanfaatkannya sebagai ajang taruhan (judi). Tidak sedikit orang yang sebelumnya tidak mengerti seluk-beluk pertaruhan, turut mengambil bagian dengan dalih sekedar iseng. Sebuah aktifitas “iseng” yang sangat berbahaya, termasuk dampak negative yang akan diperolehnya baik sekarang maupun dikemudian hari, judi merupakan aktifitas (semu) yang sangat luar biasa buruknya dan merusak generasi. Tapi memang agak susah, khususnya turnamen sepakbola terlepas dari ajang perjudian, mulai kelas teri (sepak bola di desa) sampai dengan kelas kakap (sepakbola Piala Dunia), terlebih World Cup merupakan turnamen tertinggi di dunia persepakbolaan yang dilaksanakan sekali dalam empat tahun.
Ajang Piala Dunia 2010 ini, benar-benar dimanfaatkan penjudi untuk mengeruk keuntungan berlimpah. Tidak tanggung-tanggung, omzet perhari sindikat judi bola ini bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Tradisi perjudian ini bukan hanya pada perhelatan piala dunia, Bandar judi sepakbola juga memanfaatkan momentum liga-liga Erofa, seperti, Liga Jerman, Liga Italia, Liga Inggris, serta Liga Champion Eropa. Informasi sempat di dapatkan, bahwa Bandar besar selain yang ada di Malaysia, Singapura, khusus di Indonesia, bandarnya berpusat di Jakarta, Surabaya dan Kalimantan.
Modus operan di transaksi judi sepak bola ini macam-macam, bisa tunai, kendaraan dengan titip kuncinya, surat-surat berharga (sertifikat tanah/rumah atau STNK/BPKB kendaraan) sebagai taruhannya. Modus lainnya mereka lakukan melalui jasa Short Message Service (SMS). Lebih canggih lagi, transaksi dilakukan melalui jasa internet, dengan cara transfer taruhan lewat rekening. Macam-macamlah cara yang dilakukan oleh penggila judi ini dalam memanfaatkan momentum pertandingan sepakbola.
Indonesia patut belajar dan meneladani negaranya Nelson Mandela ini dalam menata manajemen persepakbolaan, disamping kemampuan menciptakan peluang/kesempatan bisnis bagi warganya, karena mampu sebagai tuan rumah Worl Cup 2010 ini (11 Juni s/d 11 Juli 2010), karena dalam perhelatan sekelas World Cup ini banyak aktivitas/kesempatan bisnis bisa terjadi didalamnya (khususnya dalam sector ril). Namun sayang bukan Bola “Triple’s” Majalengka  (produk Indonesia) yang di pakai di Apsel 2010. Sebenarnya Indonesia kalah judi bisnis disini….. Akh memang Indonesia (pemerintah maksud saya) tidak peduli produknya (UKM) yang sudah mengglobal….. Piala Dunia 2014, harus pakai Bola Triple’s……. PR bagi pemerintah dan PSSI.
Bravo Afsel 2010, Bravo persepakbolaan Indonesia. Majukan sepakbola (PSSI) dan demokrasi (pemilukada) Indonesia tanpa Anarkis dan Judi.
III.     Kesimpulan/Saran
       Hobi atau kesukaan seharusnya menjadi pemacu tersendiri untuk diri kita.Seharusnya kita bisa menyalurkannya pada hal – hal yang positif untuk kemajuan diri kita.Bukan dengan memanfaatkan pengetahuan yang kita miliki akan bidang tersebut untuk hal – hal negative lainnya.

Sumber : http://lomba.kompasiana.com/gempita-afsel/2010/06/29/sepakbola-pemilukada-dan-judi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar