Jalan ini........
Jalan yang selalu sepi ini.......
dan akan selalu sepi..............
mereka lebih senang memilih jalan yang ramai itu.............
jalan yang di penuhi warna - warni dunia itu..............
jalan yang selalu ramai karena di hiasi dgn gemerlap dunia yg menggoda itu......
Demi Engkau ya Rabb yang hidup ku tak akan ada artinya jika tanpa pertolongan-Mu........
aku ingin "mati" di jalan yg sepi ini.......
jalan yg akan slama'y sepi ini...........
karena ku tau ya Rabb.......
"jalan" yang sepi ini lah yg akan mengantarkan ku ke Surga-Mu......
dan karena ku tau ya Rabb......
jalan yang ramai itu lah yg akan mengantarkan kepada jurang kehancuran (Neraka)..
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al A'raf : 179)
maka beruntunglah kalian yang menjadi golongan sedikit itu...............
Kamis, 17 Februari 2011
Islam, Antara keSyirikan Adat dan Kekafiran Barat.
Awal mula Islam datang, bukan men...ghadapi kaum yang kosong dari ideologi maupun tradisi. Bahkan Islam muncul di tengah kaum yang kuat menggenggam adat dan tradisi Arab yang hobi menyembah berhala. Di sisi lain, negeri-negeri lain yang tak jauh dari tempat diturunkannya wahyu, bertahta pula para penganut Yahudi dan Nasrani, yang juga telah memiliki peradaban dan kebiasaan.
Sementara, Islam menuntut penganutnya untuk menjalankannya secara kaffah. Menerima syariatnya secara total, juga meyakininya sebagai ajaran yang paripurna. Maka, rintangan besar yang dihadapi dakwah Islam ketika itu adalah kesyirikan adat yang telah mengakarkuat di Arab, juga kekafiran Yahudi dan Nasrani yang berpengaruh besar pula dalam perjalanan dakwah Islam. Sepertinya hal itu sudah sunatullah dari zaman ke zaman. Termasuk di zaman ini, juga di negeri di mana kita tinggal, kesyirikan adat, juga kekafiran Yahudi dan Nasrani yang sekarang direpresentasikan oleh Barat menyebabkan banyak kaum muslimin yang tidak total menjadikan Islam sebagai way of life.
Islam VS Kesyirikan Adat
Saat cahaya Islam pertama kali menyapa kaum Arab Quraisy, tak serta merta disambut dengan gegap gempita. Bahkan lebih banyak penentang ketimbang pendukungnya. Alasan paling populer dari para penentang adalah, karena Islam tak sejalan dengan adat dan agama nenek moyang mereka.
Taklid kepada leluhur lebih mereka utamakan dari ajakan Allah dan Rasul-Nya, meskipun hati kecil mereka meyakininya. Tak ada penghalang yang lebih berat bagi Abu Abu Thalib, paman Nabi saw, selain beban untuk berpegang kepada agama leluhurnya. Adalah Abu Jahal yang memprovokasi Abu Thalib di ujung hayatnya. Dia membujuk, “Apakah engkau hendak meninggalkan agama Abdul Muthallib?” Hingga akhirnya Abu Thalib mati dalam keadaan musyrik. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, sebelum meninggal, dia mengulang-ulang sya’irnya,
Aku tahu bahwa agama Muhammad terbaik bagi manusia
Kalau saja bukan karena agama nenak moyang yang dicela
Niscaya engkau dapatkan aku menerima dengan sukarela
Sikap ini mewakili sekian banyak orang yang menampik hidayah, juga enggan untuk tunduk terhadap titah Allah dan Rasul-Nya. Karakter para penentang ini dikisahkan dalam firman-Nya,
“Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". (QS Al Maidah : 104)
Ketika mereka diajak menjalankan agama Allah dan syariatnya, menjalankan kewajiban dan menjauhi apa yang diharamkannya, mereka menjawab, ”cukup bagi kami mengikuti cara dan jalan yang telah ditempuh oleh bapak dan kakek kami.” Demikian dijelaskan tafsirnya oleh Ibnu Katsier rahimahullah.
Seakan al-Qur’an masih hangat turun ke bumi. Betapa alasan ini sangat populer kita dapati. Tatkala didatangkan dalil dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, baik tentang larangan yang tak boleh dijamah, atau perintah yang mesti dilakukan, seringkali kandas ketika dalil itu tak sejalan dengan kebiasaan yang telah berjalan. ”Jangan merubah adat...! Ini sudah tradisi para leluhur...! dan ungkapan lain yang mengindikasikan ketidakrelaan mereka jika adat diganti dengan syariat. Ungkapan seperti ini tak jarang muncul dari lisan orang yang telah menyatakan dirinya Islam, yang telah mengikrarkan bahwa ia rela Allah sebagai Rabbnya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, dan Islam sebagai agamanya. Tapi begitu syariat tidak sejalan dengan adat, adat lebih mereka utamakan.
Atas nama melanggengkan nilai-nilai luhur tradisi nenek moyang, budaya sesaji masih tetap lestari. Sedekah bumi, sedekah laut, juga persembahan untuk Dewi Sri yang diyakini sebagai dewa penyubur padi. Dari yang hanya sekedar mempersembahkan menu ’wajib’ berupa hewan sembelihan, maupun yang berupai kemenyan, buah-buahan dan ’tetek bengek’ lain sebagai menu tambahan. Semua itu ditujukan kepada sesuatu yang diagungkan, apakah jin penunggu, arwah leluhur atau dewa yang diyakini keberadaannya.
Tradisi sesaji adalah peninggalan tradisi Hindu atau penganut animisme maupun dinamisme di Indonesia. Bahkan juga menjadi adat istiadat jahiliyah Arab, yang kemudian disapu bersih dengan hadirnya Islam. Ini terlihat dari banyaknya ayat dan hadits yang melarang sembelihan untuk selain Allah, juga ancaman bagi yang melakukannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda,
“Dan Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR Muslim)
Selain sesaji, ada juga jimat sering kita jumpai dalam bentuk rajah di pintu rumah, di warung, kendaraan, atau jimat lain berupa gelang, kalung atau cincin yang dianggap memiliki khasiat bisa mendatangkan manfaat dan mencegah madharat. Inilah keyakinan syirik warisan jahiliyah, di mana Islam datang untuk membersihkan dan menghilangkannya. Belum lagi berbagai keyakinan khurafat yang masih subur dan diwariskan turun temurun.
Padahal, Ajaran tauhid mengharuskan penganutnya bersih dari syirik, meski itu berupa adat yang mendarah daging dan mengakar kuat. Wajar, jika dakwah Nabi saw oleh orang Arab diidentikkan dengan dakwah untuk meninggalkan adat nenek moyang.
Heraklius, Kaisar Romawi yang beragama Nasrani pernah bertanya kepada Abu Sufyan saat masih musyrik, ”Apa yang Muhammad (Saw) serukan atas kalian?” Abu Sufyan menjawab,
“Dia (Muhammad saw) mengatakan, “Hendaklah kalian hanya beribadah kepada Allah saja, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hendaknya kalian meninggalkan pendapat nenek moyang kalian, dia juga menyuruh kami shalat, berlaku jujur, menjaga kehormatan dan
menjalin persaudaraan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Memang tidak semua adat itu sesat, untuk menilainya stadartnya adalah syariat. Jika memang ditetapkan sesat oleh syariat, maka menyelisihi kebiasaan nenek moyang bukanlah cela. Melanggar adat tak juga membuat kita kualat. Bahkan orang yang kualat dan mendapat ganjaran berupa siksa yang berat adalah mereka yang mempelopori adat yang sesat, juga para pengikutnya di dunia.
Di dalam hadits Bukhari, Nabi juga bersabda, ”Aku mengetahui, siapakah orang pertama yang merubah ajaran (tauhid) Ibrahim alaihis salam.” Para sahabat bertanya, ”Siapakah dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Dia adalah Amru bin Luhay, saudara Bani Ka’ab. Aku melihatnya dia menyeret usus-ususnya di neraka, hingga penduduk neraka yang lain terganggu oleh bau busuknya.” (HR Bukhari)
Begitulah ganjaran bagi orang yang membawa berhala ke negeri Arab, yang tadinya telah dibersihkan oleh kapak dan dakwah tauhid Ibrahim alaihis salam. Apakah kita tetap akan membanggakan para leluhur meski memiliki kemiripan dengan Amru bin Luhay?
Islam VS Kekafiran Barat
Seiring berkembangnya dakwah Islam, sentuhan atau bahkan benturan dengan kaum Yahudi dan Nasrani tak terelakkan. Tidak sedikit di kalangan penganutnya yang akhirnya masuk Islam dengan ijin Allah. Untuk memurnikan peribadahan kepada Allah, Nabi memerintahkan umatnya untuk menyelisihi apa-apa yang menjadi karakter khusus orang Yahudi dan Nasrani, sebagaimana Nabi juga perintahkan untuk menyelisihi ciri khas orang musyrikin..!”
Juga hadits Nabi yang lebih bersifat umum,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kamu, maka dia termasuk golongannya.” (HR Abu Dawud, hadits hasan shahih)
Allah juga telah membuka rahasia kaum Yahudi dan Nasrani, bahwa mereka tak akan membiarkan kaum muslimin lurus dengan agamanya,
”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka”. (QS ali Ilmran 120)
Kaedah ini berlaku hingga akhir zaman. Karena kata ’lan’ (tidak akan) menunjukkan penafi’an yang bersifat abadi, kecuali jika ada dalil ataupun isyarat yang membatasinya. Hari ini, yang paling mereprsesentasikan Yahudi dan Nasrani adalah Barat. Tak dielakkan lagi, permusuhan Barat terhadap dunia Islam dalam berbagai aspek terus dilancarkan. Tak hanya perang fisik, tapi juga perang pemikiran, perang media dan perang budaya.
Bukan suatu kebetulan jika kemudian banyak di antara kaum muslimin yang cenderung kebarat-baratan. Baik dalam hal pola pikir, maupun moralnya. Hal ini juga telah diingatkan oleh Nabi saw,
”Sungguh di antara kalian nanti akan mengikuti jalannya orang-orang sebelum kalian. Sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lobang biawak, niscaya kalian akan mengikuti mereka juga.” Kami (para sahabat) bertanya, ”Apakah yang Anda maksud adalah Yahudi dan Nasrani, wahai rasulullah?” Beliau menjawab, ”Siapa lagi (kalau bukan mereka?)” (HR Bukhari)
Dampak dari perang media, membentuk opini yang menghebatkan Barat. Apapun yang datang dari Barat dianggapnya hebat, meski jelas-jelas tradisi yang bejat dalam pandangan syariat. Hingga sebagian kaum muslimin merasa minder jika tidak mencelupkan diri dalam warna Barat. Meski celupan itu akan menodai shibghah Allah, la haula wa laa quwwata illa billah.
Jika keyakinan didasari oleh kesyirikan adat, sedangkan moral dan pemikiran diwarnai oleh kekafiran Barat, lantas dari sisi mana seseorang dikatakan sebagai seorang muslim?
Sementara, Islam menuntut penganutnya untuk menjalankannya secara kaffah. Menerima syariatnya secara total, juga meyakininya sebagai ajaran yang paripurna. Maka, rintangan besar yang dihadapi dakwah Islam ketika itu adalah kesyirikan adat yang telah mengakarkuat di Arab, juga kekafiran Yahudi dan Nasrani yang berpengaruh besar pula dalam perjalanan dakwah Islam. Sepertinya hal itu sudah sunatullah dari zaman ke zaman. Termasuk di zaman ini, juga di negeri di mana kita tinggal, kesyirikan adat, juga kekafiran Yahudi dan Nasrani yang sekarang direpresentasikan oleh Barat menyebabkan banyak kaum muslimin yang tidak total menjadikan Islam sebagai way of life.
Islam VS Kesyirikan Adat
Saat cahaya Islam pertama kali menyapa kaum Arab Quraisy, tak serta merta disambut dengan gegap gempita. Bahkan lebih banyak penentang ketimbang pendukungnya. Alasan paling populer dari para penentang adalah, karena Islam tak sejalan dengan adat dan agama nenek moyang mereka.
Taklid kepada leluhur lebih mereka utamakan dari ajakan Allah dan Rasul-Nya, meskipun hati kecil mereka meyakininya. Tak ada penghalang yang lebih berat bagi Abu Abu Thalib, paman Nabi saw, selain beban untuk berpegang kepada agama leluhurnya. Adalah Abu Jahal yang memprovokasi Abu Thalib di ujung hayatnya. Dia membujuk, “Apakah engkau hendak meninggalkan agama Abdul Muthallib?” Hingga akhirnya Abu Thalib mati dalam keadaan musyrik. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, sebelum meninggal, dia mengulang-ulang sya’irnya,
Aku tahu bahwa agama Muhammad terbaik bagi manusia
Kalau saja bukan karena agama nenak moyang yang dicela
Niscaya engkau dapatkan aku menerima dengan sukarela
Sikap ini mewakili sekian banyak orang yang menampik hidayah, juga enggan untuk tunduk terhadap titah Allah dan Rasul-Nya. Karakter para penentang ini dikisahkan dalam firman-Nya,
“Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". (QS Al Maidah : 104)
Ketika mereka diajak menjalankan agama Allah dan syariatnya, menjalankan kewajiban dan menjauhi apa yang diharamkannya, mereka menjawab, ”cukup bagi kami mengikuti cara dan jalan yang telah ditempuh oleh bapak dan kakek kami.” Demikian dijelaskan tafsirnya oleh Ibnu Katsier rahimahullah.
Seakan al-Qur’an masih hangat turun ke bumi. Betapa alasan ini sangat populer kita dapati. Tatkala didatangkan dalil dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, baik tentang larangan yang tak boleh dijamah, atau perintah yang mesti dilakukan, seringkali kandas ketika dalil itu tak sejalan dengan kebiasaan yang telah berjalan. ”Jangan merubah adat...! Ini sudah tradisi para leluhur...! dan ungkapan lain yang mengindikasikan ketidakrelaan mereka jika adat diganti dengan syariat. Ungkapan seperti ini tak jarang muncul dari lisan orang yang telah menyatakan dirinya Islam, yang telah mengikrarkan bahwa ia rela Allah sebagai Rabbnya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, dan Islam sebagai agamanya. Tapi begitu syariat tidak sejalan dengan adat, adat lebih mereka utamakan.
Atas nama melanggengkan nilai-nilai luhur tradisi nenek moyang, budaya sesaji masih tetap lestari. Sedekah bumi, sedekah laut, juga persembahan untuk Dewi Sri yang diyakini sebagai dewa penyubur padi. Dari yang hanya sekedar mempersembahkan menu ’wajib’ berupa hewan sembelihan, maupun yang berupai kemenyan, buah-buahan dan ’tetek bengek’ lain sebagai menu tambahan. Semua itu ditujukan kepada sesuatu yang diagungkan, apakah jin penunggu, arwah leluhur atau dewa yang diyakini keberadaannya.
Tradisi sesaji adalah peninggalan tradisi Hindu atau penganut animisme maupun dinamisme di Indonesia. Bahkan juga menjadi adat istiadat jahiliyah Arab, yang kemudian disapu bersih dengan hadirnya Islam. Ini terlihat dari banyaknya ayat dan hadits yang melarang sembelihan untuk selain Allah, juga ancaman bagi yang melakukannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda,
“Dan Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR Muslim)
Selain sesaji, ada juga jimat sering kita jumpai dalam bentuk rajah di pintu rumah, di warung, kendaraan, atau jimat lain berupa gelang, kalung atau cincin yang dianggap memiliki khasiat bisa mendatangkan manfaat dan mencegah madharat. Inilah keyakinan syirik warisan jahiliyah, di mana Islam datang untuk membersihkan dan menghilangkannya. Belum lagi berbagai keyakinan khurafat yang masih subur dan diwariskan turun temurun.
Padahal, Ajaran tauhid mengharuskan penganutnya bersih dari syirik, meski itu berupa adat yang mendarah daging dan mengakar kuat. Wajar, jika dakwah Nabi saw oleh orang Arab diidentikkan dengan dakwah untuk meninggalkan adat nenek moyang.
Heraklius, Kaisar Romawi yang beragama Nasrani pernah bertanya kepada Abu Sufyan saat masih musyrik, ”Apa yang Muhammad (Saw) serukan atas kalian?” Abu Sufyan menjawab,
“Dia (Muhammad saw) mengatakan, “Hendaklah kalian hanya beribadah kepada Allah saja, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hendaknya kalian meninggalkan pendapat nenek moyang kalian, dia juga menyuruh kami shalat, berlaku jujur, menjaga kehormatan dan
menjalin persaudaraan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Memang tidak semua adat itu sesat, untuk menilainya stadartnya adalah syariat. Jika memang ditetapkan sesat oleh syariat, maka menyelisihi kebiasaan nenek moyang bukanlah cela. Melanggar adat tak juga membuat kita kualat. Bahkan orang yang kualat dan mendapat ganjaran berupa siksa yang berat adalah mereka yang mempelopori adat yang sesat, juga para pengikutnya di dunia.
Di dalam hadits Bukhari, Nabi juga bersabda, ”Aku mengetahui, siapakah orang pertama yang merubah ajaran (tauhid) Ibrahim alaihis salam.” Para sahabat bertanya, ”Siapakah dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Dia adalah Amru bin Luhay, saudara Bani Ka’ab. Aku melihatnya dia menyeret usus-ususnya di neraka, hingga penduduk neraka yang lain terganggu oleh bau busuknya.” (HR Bukhari)
Begitulah ganjaran bagi orang yang membawa berhala ke negeri Arab, yang tadinya telah dibersihkan oleh kapak dan dakwah tauhid Ibrahim alaihis salam. Apakah kita tetap akan membanggakan para leluhur meski memiliki kemiripan dengan Amru bin Luhay?
Islam VS Kekafiran Barat
Seiring berkembangnya dakwah Islam, sentuhan atau bahkan benturan dengan kaum Yahudi dan Nasrani tak terelakkan. Tidak sedikit di kalangan penganutnya yang akhirnya masuk Islam dengan ijin Allah. Untuk memurnikan peribadahan kepada Allah, Nabi memerintahkan umatnya untuk menyelisihi apa-apa yang menjadi karakter khusus orang Yahudi dan Nasrani, sebagaimana Nabi juga perintahkan untuk menyelisihi ciri khas orang musyrikin..!”
Juga hadits Nabi yang lebih bersifat umum,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kamu, maka dia termasuk golongannya.” (HR Abu Dawud, hadits hasan shahih)
Allah juga telah membuka rahasia kaum Yahudi dan Nasrani, bahwa mereka tak akan membiarkan kaum muslimin lurus dengan agamanya,
”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka”. (QS ali Ilmran 120)
Kaedah ini berlaku hingga akhir zaman. Karena kata ’lan’ (tidak akan) menunjukkan penafi’an yang bersifat abadi, kecuali jika ada dalil ataupun isyarat yang membatasinya. Hari ini, yang paling mereprsesentasikan Yahudi dan Nasrani adalah Barat. Tak dielakkan lagi, permusuhan Barat terhadap dunia Islam dalam berbagai aspek terus dilancarkan. Tak hanya perang fisik, tapi juga perang pemikiran, perang media dan perang budaya.
Bukan suatu kebetulan jika kemudian banyak di antara kaum muslimin yang cenderung kebarat-baratan. Baik dalam hal pola pikir, maupun moralnya. Hal ini juga telah diingatkan oleh Nabi saw,
”Sungguh di antara kalian nanti akan mengikuti jalannya orang-orang sebelum kalian. Sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lobang biawak, niscaya kalian akan mengikuti mereka juga.” Kami (para sahabat) bertanya, ”Apakah yang Anda maksud adalah Yahudi dan Nasrani, wahai rasulullah?” Beliau menjawab, ”Siapa lagi (kalau bukan mereka?)” (HR Bukhari)
Dampak dari perang media, membentuk opini yang menghebatkan Barat. Apapun yang datang dari Barat dianggapnya hebat, meski jelas-jelas tradisi yang bejat dalam pandangan syariat. Hingga sebagian kaum muslimin merasa minder jika tidak mencelupkan diri dalam warna Barat. Meski celupan itu akan menodai shibghah Allah, la haula wa laa quwwata illa billah.
Jika keyakinan didasari oleh kesyirikan adat, sedangkan moral dan pemikiran diwarnai oleh kekafiran Barat, lantas dari sisi mana seseorang dikatakan sebagai seorang muslim?
MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP.
Setiap orang, sekali waktu dalam kehidupan ini, pasti pernah mempertanyakan dalam dirinya tentang dari mana ia berasal, akan kemana, dan apa tujuan sebenarnya dari kehidupan ini. Oleh sebab itu satu-satunya cara adalah mengubah pola pikir manusia itu sendiri dengan memberikan penjelasan tentang pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan (di dunia dan akhirat). Penjelasan ini hanya di dapat didalam Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.
Pada saat Allah menciptakan manusia, Ia tidak pernah meminta pendapat kita, apa perlu penciptaan itu atau tidak. Artinya Allah Maha Berkehendak. Dia telah memiliki tujuan yang mutlak berkenaan dengan penciptaan manusia.
Jadi, sekiranya kita yang dilahirkan ke bumi ini mencari dan menciptakan tujuan hidup sendiri, berarti kita telah mengkhianati Allah yang menciptakan kita. Tujuan hidup yang harus dicapai manusia adalah tujuan yang telah ditetapkan Allah. Ada nggak manusia yang usul agar dirinya diciptakan Allah karena ia mempunyai cita-cita yang hendak dicapainya di dunia ini ? tidak ada. Dua pokok masalah yang penting yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan ‘Tujuan”?
2. Apakah “Kehidupan”?
TUJUAN adalah sesuatu yang ingin dicapai manusia sesuai dengan fitrah dan keinginan-keinginan manusia.
Sedangkan KEHIDUPAN menurut pandangan Al-Qur’an :
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs.18/45 dan 10/24).
Dari ayat-ayat tersebut diatas seolah-olah Sang Pencipta mengatakan :
“HIDUP ADALAH FENOMENA KEILAHIAN”. Kehidupan dengan aspek alamiahnya tidak bisa membawa umat manusia kepada tujuan ideal hidup di dunia ini. Mengapa demikian? Sebabnya adalah Bahwa kehidupan ini adalah sebagai sarana untuk memasuki tahap kehidupan yang abadi.
“….supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir”. (Qs.36/70). Mereka yang siap untuk menerima pesan para Nabi dan siap pula untuk menggunakan akal dan hati nurani, mereka inilah yang akan hidup bahagia di dunia yang diciptakan Allah ini. Firman Allah :
“Maka hadapkanlah wajah (tujuan hidup)mu dengan hanif kepada Ad-Dien (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu …” (Qs.30/30).
“Dan siapakah yang lebih baik Diennya daripada orang-orang yang ikhlas menyerahkan (tujuan hidup)nya kepada (tujuan) Allah sedang ia mengerjakan kebaikan …. “ (Qs.4/125)
Tujuan hidup manusia adalah memeluk Dien yang hanif dan menyerahkan seluruh tujuan hidupnya kepada tujuan Allah menciptakan manusia. Seluruh hidup manusia harus menyerahkan seluruh kehendaknya kepada kehendak Allah. Itulah yang disebut kehidupan mencari ridho Allah, sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah menciptakan manusia.
“Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (Qs.3/83)
Bagi orang yang beriman tidak punya cita-cita lain dalam kehidupan di dunia kecuali hanya satu yaitu “Ridho Allah”. Kenikmatan hidup yang paling hakiki terletak pada keridhoan Allah dan itu adalah kebahagiaan sejati. Sabda Nabi s.a.w:
“Barangsiapa yang mencari keridhoan Allah dengan kemurkaan manusia, pasti Allah mencukupi kepadanya daripada keperluan kepada manusia dan barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan kemurkaan Allah pasti Allah serahkan dia kepada manusia”. (HR.Tirmidzi).
Firman Allah SWT :
“Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Qs.2/207).
Kepuasan hidup bukan terletak pada bentuk dan wujud materi, tetapi kebahagiaan jiwa karena mendapat ridho Allah. Sabda Rasululloh s.a.w. :
“Kaya itu bukanlah karena banyaknya harta, tetapi (hakekat) kaya itu adalah kaya (kepuasan) jiwa hati”. (HR.Bukhari-Muslim)
Pada saat Allah menciptakan manusia, Ia tidak pernah meminta pendapat kita, apa perlu penciptaan itu atau tidak. Artinya Allah Maha Berkehendak. Dia telah memiliki tujuan yang mutlak berkenaan dengan penciptaan manusia.
Jadi, sekiranya kita yang dilahirkan ke bumi ini mencari dan menciptakan tujuan hidup sendiri, berarti kita telah mengkhianati Allah yang menciptakan kita. Tujuan hidup yang harus dicapai manusia adalah tujuan yang telah ditetapkan Allah. Ada nggak manusia yang usul agar dirinya diciptakan Allah karena ia mempunyai cita-cita yang hendak dicapainya di dunia ini ? tidak ada. Dua pokok masalah yang penting yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan ‘Tujuan”?
2. Apakah “Kehidupan”?
TUJUAN adalah sesuatu yang ingin dicapai manusia sesuai dengan fitrah dan keinginan-keinginan manusia.
Sedangkan KEHIDUPAN menurut pandangan Al-Qur’an :
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs.18/45 dan 10/24).
Dari ayat-ayat tersebut diatas seolah-olah Sang Pencipta mengatakan :
“HIDUP ADALAH FENOMENA KEILAHIAN”. Kehidupan dengan aspek alamiahnya tidak bisa membawa umat manusia kepada tujuan ideal hidup di dunia ini. Mengapa demikian? Sebabnya adalah Bahwa kehidupan ini adalah sebagai sarana untuk memasuki tahap kehidupan yang abadi.
“….supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir”. (Qs.36/70). Mereka yang siap untuk menerima pesan para Nabi dan siap pula untuk menggunakan akal dan hati nurani, mereka inilah yang akan hidup bahagia di dunia yang diciptakan Allah ini. Firman Allah :
“Maka hadapkanlah wajah (tujuan hidup)mu dengan hanif kepada Ad-Dien (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu …” (Qs.30/30).
“Dan siapakah yang lebih baik Diennya daripada orang-orang yang ikhlas menyerahkan (tujuan hidup)nya kepada (tujuan) Allah sedang ia mengerjakan kebaikan …. “ (Qs.4/125)
Tujuan hidup manusia adalah memeluk Dien yang hanif dan menyerahkan seluruh tujuan hidupnya kepada tujuan Allah menciptakan manusia. Seluruh hidup manusia harus menyerahkan seluruh kehendaknya kepada kehendak Allah. Itulah yang disebut kehidupan mencari ridho Allah, sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah menciptakan manusia.
“Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (Qs.3/83)
Bagi orang yang beriman tidak punya cita-cita lain dalam kehidupan di dunia kecuali hanya satu yaitu “Ridho Allah”. Kenikmatan hidup yang paling hakiki terletak pada keridhoan Allah dan itu adalah kebahagiaan sejati. Sabda Nabi s.a.w:
“Barangsiapa yang mencari keridhoan Allah dengan kemurkaan manusia, pasti Allah mencukupi kepadanya daripada keperluan kepada manusia dan barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan kemurkaan Allah pasti Allah serahkan dia kepada manusia”. (HR.Tirmidzi).
Firman Allah SWT :
“Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Qs.2/207).
Kepuasan hidup bukan terletak pada bentuk dan wujud materi, tetapi kebahagiaan jiwa karena mendapat ridho Allah. Sabda Rasululloh s.a.w. :
“Kaya itu bukanlah karena banyaknya harta, tetapi (hakekat) kaya itu adalah kaya (kepuasan) jiwa hati”. (HR.Bukhari-Muslim)
Tips Mengisi Liburan
Bismillah.
Untuk saudara-saudariku yang sedang akan menikmati Liburan sekolahnya.. :D
Dari Ibnu Abbas Ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Dua ni’mat Allah yang banyak menjadikan manusia tertipu adalah ni’mat sehat dan waktu luang”(HR. Bukhari)
Masa liburan yang sekarang datang jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin maka akan terlewat begitu saja. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu kosong di masa liburan:
1. Meningkatkan ruhiyah dengan optimalisasi amalan ibadah harian.
Ketika masih dalam masa sekolah, kita disibukkan dengan berbagai hal, mulai dari PR yang menumpuk, ulangan yang menanti setiap minggu, presentasi yang tak pernah berhenti, kegiatan ekskul yang menyita tenaga pikiran dan fisik, persiapan lomba, deadline makalah, serta berbagai hal lainnya yang membuat waktu 24 jam serasa begitu sebentar. Kesibukkan-kesibukan tersebut kadang membuat kita lupa akan kewajiban kita yang asasi, ya kewajian yang sebenarnya merupakan kebutuhan kita yang paling primer. Kebutuhan akan kesehatan ruhiyah kita. Untuk beberapa waktu kita terlalu asik mengejar ambisi, cita-cita, serta keinginan kita, kita begitu menggebu-gebu untuk mendapatkan serta selalu mengecek sudah seberapa dekat kita dengan ambisi kita, akan tetapi terkadang kita lupa untuk mengecek, sudah seberapa dekatkah kita dengan Rabb kita?
Beberapa amalan yaumiyah yang patut menjadi perhatian kita adalah sholat fardhu(jangan sampai ketika di sekolah sering sholat jamaah ketika liburan malah males jamaah ke mesjid), tilawah, sholat sunnah, puasa sunnah, dzikir, dll.
2. Meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku bermanfaat.
Sangat jelas sekali bahwa perbandingan antara jam pelajaran agama di sekolah dengan ilmu-ilmu agama yang wajib kita pahami begitu kecil, tak akan pernah cukup. Bahkan mentoring pekanan dan mentoring plus pun belum tentu bisa mengcover itu semua, apalagi kalo ada yang suka bolos mentoring :p. Oleh karena itu waktu liburan perlu kita manfaatkan untuk menambah wawasan serta pemahan kita terhadap ilmu-ilmu agama, karena hanya dengan ilmu agamalah (tentu saja yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah) kita dapat selamat mengarungi samudra dunia dan selamat di akhirat juga. Ibarat barang elektronik yang disertai buku manual agar barang elektroniknya dapat digunakan dengan benar, maka Allah pun memberikan “buku manual” itu kepada kita agar kita dapat berjalan dengan benar. Salah satu cara untuk menambah pemahaman kita adalah dengan membaca buku. Beberapa buku yang menarik untuk dibaca adalah Sirah Nabawiyah, ceritanya jauuuh lebih seru dari Hary Potter, atau kalau mau yang ringan bisa baca buku-bukunya Salim A Fillah, Annis Mata atau Shofwan Al-Banna, kalo kuat baca yang berat bisa karya-karya Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Hasan Al-Banna, Said Quthb, Said Hawa, Aidh Al-Qarni, atau Yusuf Qardhawi. Kalo ga punya bukunya? Beli aja :p, kalo dana terbatas karena liburan ya bisa minjem ke mentornya :D
3. Olahraga.
Muslim yang kuat lenih Allah cintai dari muslim yang lemah. Karena dengan kita kuat serta sehat, ada lebih banyak amalan-amalan soleh yang bisa kita lakukan dibandingkan jika kondisi kita lemah atau malh sakit-sakitan. Beberapa olahraga yang bisa kita lakukan adalah jogging pagi keliling komplek rumah, push-up, main futsal/badminton/dll serta berbagai aktivitas olahraga lainnya. Olahraga di waktu liburan pun dapat mencegah kita dari syndrome libur (lemas, lesu, ngantuk, pusing,dll) yang terkadang diakibatkan karena tubuh kita yang biasanya aktif bergerak dibuat menjadi malas bergerak karena godaan film dan game yang sudah kita koleksi serta mengantri dari masa ulangan (hayoo ngaku :p)
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).
4. Menambah hafalan Al-Quran.
Wah kalo yang ini harus bener-bener bisa memanfaakan waktu liburan nih, terkadang karena otak kita disibukkan untuk dapat paham dan menghapal pelajaran, kita jadi terlalaikan dari menghapal Al-Quran, padahal firman-Nya di dalam Al-Quran merupakan ayat-ayat cintanya kepada kita. Ketika ada orang yang kita cintai atau hormati memberikan nasihat kepada kita maka kita akan berusaha mengingatnya, maka sudah sepatutnya juga kita berusaha mengingat dan menghapal segala firman Allah yang begitu mencintai kita. Bahkan ada banyak hadist yang menerangkan keutamaan-keutamaan orang yang menghapal Al-Quran, salah satunya : Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)
5. Silaturahim.
Jika biasanya kita di rumah menjadi makhluk anti-matahari (berangkat sebelum matahari terbit, pulang sesudah matahari terbenam) yang mengakibatkan kita lalai dari bersilaturahim dengan tetangga serta keluarga lain kita, maka saa liburan ini pun menjadi kesempatan emas untuk dapat bersilaturahim dengan mereka. Malah akan lebih baik jika kita bersilaturahim pula dengan guru kita yang terkadang kita sakiti hatinya, bagus pula ketika kita bersilaturahim ke rumah teman kita yang biasanya kita repotkan untuk urusan ekskul atau pelajaran. Allah pun menyukai orang yang suka menyambung silaturahmi Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
6. Menambah skill bermanfaat.
Ada 3 kemampuan yang sepatutnya dimiliki oleh seorang muslim yaitu berenang, memanah, dan berkuda. Akan sangat berguna bagi kita untuk jangka panjangnya jika kita memiliki skill-skill yang bermanfaat. Selain tiga hal di atas skill-skill bermanfaat lainnya yang bisa kita pelajari diantaranya memasak, menjahit, mengetik, menulis, dan lain-lain. Waktu liburan dapat kita manfaatkan untuk mengasah kemampuan-kemampuan tersebut, karena semua kemampuan dan skill itu akan menjadi investasi jangka panjang kita.
Amirul Mukminiin Umar Ibnul Khottob Radhiyallohu anhu berkata Ajarkanlah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.
7. Bikin karya.
Sebenernya ini berhubungan dengan no 6. Dengan memiliki skill tertentu maka akan ada karya yang kita hasilkan. Nah waktu liburan akan sangat mengasikan jika kita dapat berkarya, seperti yang jago nulis bikin buku, website, atau mungkin karya ilmiah untuk diajukan ke lomba nantinya.Yang jago dagang bisa bikin usaha kecil-kecilan. Yang jago menjahit atau merajut bisa bikin tas atau mungkin baju.
8. Muhasabah.
Kalo muhasabah dalam artian kita merenungi segala perbuatan kita, amal baik dan amal buruk yang telah kita lakukan maka itu idealnya dilakukan setiap hari sebelum tidur. Muhasabah di sini adalah maksudnya kita merenungi sudah sejauh apa pencapaian kita dalam hidup kita di dunia sampai detik ini. Sudahkah bermanfaat bagi umat, sudahkah membahagiakan orang tua kita, sudahkah kita berada di trak yang memang sesuai dengan cita-cita kita yang sangat agung itu, sudah sejauh manakah target-target mulia yang sudah kita canangkan dari awal tahun (atau mungkin bertahun-tahun yang lalu) sudah dapat kita capai? Apakah metodenya benar?apakah niatnya masih lurus?atau melenceng?atau mungkin selama ini kita masih hidup dalam permainan dan senda gurau belaka? Semua itu patut kita renungi, idealnya sih setiap hari, karena mungkin di hari-biasa pikiran kita dipenuhi perkara lain, maka di saat liburan merupakan peluang bagi kita untuk kembali memikirkan itu semua.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS. al-Hasyr (59) : 18
Yo… semoga bermanfaat ya! :)
(oleh Ikbal Faturohman, Ketua Bidang MK Forkom Alims)
http://mentoringkeren.wordpress.com/2010/12/24/tips-mengisi-liburan/
Untuk saudara-saudariku yang sedang akan menikmati Liburan sekolahnya.. :D
Dari Ibnu Abbas Ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Dua ni’mat Allah yang banyak menjadikan manusia tertipu adalah ni’mat sehat dan waktu luang”(HR. Bukhari)
Masa liburan yang sekarang datang jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin maka akan terlewat begitu saja. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu kosong di masa liburan:
1. Meningkatkan ruhiyah dengan optimalisasi amalan ibadah harian.
Ketika masih dalam masa sekolah, kita disibukkan dengan berbagai hal, mulai dari PR yang menumpuk, ulangan yang menanti setiap minggu, presentasi yang tak pernah berhenti, kegiatan ekskul yang menyita tenaga pikiran dan fisik, persiapan lomba, deadline makalah, serta berbagai hal lainnya yang membuat waktu 24 jam serasa begitu sebentar. Kesibukkan-kesibukan tersebut kadang membuat kita lupa akan kewajiban kita yang asasi, ya kewajian yang sebenarnya merupakan kebutuhan kita yang paling primer. Kebutuhan akan kesehatan ruhiyah kita. Untuk beberapa waktu kita terlalu asik mengejar ambisi, cita-cita, serta keinginan kita, kita begitu menggebu-gebu untuk mendapatkan serta selalu mengecek sudah seberapa dekat kita dengan ambisi kita, akan tetapi terkadang kita lupa untuk mengecek, sudah seberapa dekatkah kita dengan Rabb kita?
Beberapa amalan yaumiyah yang patut menjadi perhatian kita adalah sholat fardhu(jangan sampai ketika di sekolah sering sholat jamaah ketika liburan malah males jamaah ke mesjid), tilawah, sholat sunnah, puasa sunnah, dzikir, dll.
2. Meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku bermanfaat.
Sangat jelas sekali bahwa perbandingan antara jam pelajaran agama di sekolah dengan ilmu-ilmu agama yang wajib kita pahami begitu kecil, tak akan pernah cukup. Bahkan mentoring pekanan dan mentoring plus pun belum tentu bisa mengcover itu semua, apalagi kalo ada yang suka bolos mentoring :p. Oleh karena itu waktu liburan perlu kita manfaatkan untuk menambah wawasan serta pemahan kita terhadap ilmu-ilmu agama, karena hanya dengan ilmu agamalah (tentu saja yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah) kita dapat selamat mengarungi samudra dunia dan selamat di akhirat juga. Ibarat barang elektronik yang disertai buku manual agar barang elektroniknya dapat digunakan dengan benar, maka Allah pun memberikan “buku manual” itu kepada kita agar kita dapat berjalan dengan benar. Salah satu cara untuk menambah pemahaman kita adalah dengan membaca buku. Beberapa buku yang menarik untuk dibaca adalah Sirah Nabawiyah, ceritanya jauuuh lebih seru dari Hary Potter, atau kalau mau yang ringan bisa baca buku-bukunya Salim A Fillah, Annis Mata atau Shofwan Al-Banna, kalo kuat baca yang berat bisa karya-karya Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Hasan Al-Banna, Said Quthb, Said Hawa, Aidh Al-Qarni, atau Yusuf Qardhawi. Kalo ga punya bukunya? Beli aja :p, kalo dana terbatas karena liburan ya bisa minjem ke mentornya :D
3. Olahraga.
Muslim yang kuat lenih Allah cintai dari muslim yang lemah. Karena dengan kita kuat serta sehat, ada lebih banyak amalan-amalan soleh yang bisa kita lakukan dibandingkan jika kondisi kita lemah atau malh sakit-sakitan. Beberapa olahraga yang bisa kita lakukan adalah jogging pagi keliling komplek rumah, push-up, main futsal/badminton/dll serta berbagai aktivitas olahraga lainnya. Olahraga di waktu liburan pun dapat mencegah kita dari syndrome libur (lemas, lesu, ngantuk, pusing,dll) yang terkadang diakibatkan karena tubuh kita yang biasanya aktif bergerak dibuat menjadi malas bergerak karena godaan film dan game yang sudah kita koleksi serta mengantri dari masa ulangan (hayoo ngaku :p)
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).
4. Menambah hafalan Al-Quran.
Wah kalo yang ini harus bener-bener bisa memanfaakan waktu liburan nih, terkadang karena otak kita disibukkan untuk dapat paham dan menghapal pelajaran, kita jadi terlalaikan dari menghapal Al-Quran, padahal firman-Nya di dalam Al-Quran merupakan ayat-ayat cintanya kepada kita. Ketika ada orang yang kita cintai atau hormati memberikan nasihat kepada kita maka kita akan berusaha mengingatnya, maka sudah sepatutnya juga kita berusaha mengingat dan menghapal segala firman Allah yang begitu mencintai kita. Bahkan ada banyak hadist yang menerangkan keutamaan-keutamaan orang yang menghapal Al-Quran, salah satunya : Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)
5. Silaturahim.
Jika biasanya kita di rumah menjadi makhluk anti-matahari (berangkat sebelum matahari terbit, pulang sesudah matahari terbenam) yang mengakibatkan kita lalai dari bersilaturahim dengan tetangga serta keluarga lain kita, maka saa liburan ini pun menjadi kesempatan emas untuk dapat bersilaturahim dengan mereka. Malah akan lebih baik jika kita bersilaturahim pula dengan guru kita yang terkadang kita sakiti hatinya, bagus pula ketika kita bersilaturahim ke rumah teman kita yang biasanya kita repotkan untuk urusan ekskul atau pelajaran. Allah pun menyukai orang yang suka menyambung silaturahmi Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
6. Menambah skill bermanfaat.
Ada 3 kemampuan yang sepatutnya dimiliki oleh seorang muslim yaitu berenang, memanah, dan berkuda. Akan sangat berguna bagi kita untuk jangka panjangnya jika kita memiliki skill-skill yang bermanfaat. Selain tiga hal di atas skill-skill bermanfaat lainnya yang bisa kita pelajari diantaranya memasak, menjahit, mengetik, menulis, dan lain-lain. Waktu liburan dapat kita manfaatkan untuk mengasah kemampuan-kemampuan tersebut, karena semua kemampuan dan skill itu akan menjadi investasi jangka panjang kita.
Amirul Mukminiin Umar Ibnul Khottob Radhiyallohu anhu berkata Ajarkanlah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.
7. Bikin karya.
Sebenernya ini berhubungan dengan no 6. Dengan memiliki skill tertentu maka akan ada karya yang kita hasilkan. Nah waktu liburan akan sangat mengasikan jika kita dapat berkarya, seperti yang jago nulis bikin buku, website, atau mungkin karya ilmiah untuk diajukan ke lomba nantinya.Yang jago dagang bisa bikin usaha kecil-kecilan. Yang jago menjahit atau merajut bisa bikin tas atau mungkin baju.
8. Muhasabah.
Kalo muhasabah dalam artian kita merenungi segala perbuatan kita, amal baik dan amal buruk yang telah kita lakukan maka itu idealnya dilakukan setiap hari sebelum tidur. Muhasabah di sini adalah maksudnya kita merenungi sudah sejauh apa pencapaian kita dalam hidup kita di dunia sampai detik ini. Sudahkah bermanfaat bagi umat, sudahkah membahagiakan orang tua kita, sudahkah kita berada di trak yang memang sesuai dengan cita-cita kita yang sangat agung itu, sudah sejauh manakah target-target mulia yang sudah kita canangkan dari awal tahun (atau mungkin bertahun-tahun yang lalu) sudah dapat kita capai? Apakah metodenya benar?apakah niatnya masih lurus?atau melenceng?atau mungkin selama ini kita masih hidup dalam permainan dan senda gurau belaka? Semua itu patut kita renungi, idealnya sih setiap hari, karena mungkin di hari-biasa pikiran kita dipenuhi perkara lain, maka di saat liburan merupakan peluang bagi kita untuk kembali memikirkan itu semua.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS. al-Hasyr (59) : 18
Yo… semoga bermanfaat ya! :)
(oleh Ikbal Faturohman, Ketua Bidang MK Forkom Alims)
http://mentoringkeren.wordpress.com/2010/12/24/tips-mengisi-liburan/
yang lebih hebat dari sekedar spiderman
pernah lihat film Spiderman kan? Dalam film itu dikisahkan Peter Parker seorang pemuda yang secara fisik dia culun ,lemah dan "tidak bisa berkelahi". Pada suatu hari dia dan teman-temannya melakukan study tour ke pusat penelitian laba-laba. Tanpa sengaja dia tergigit laba-laba yang terlebas dari "kandangnya". Ternyata laba-laba itu sebelumnya telah terkena sinar ,semacam sinar radio aktif. Sampai di rumah si Paker merasakan tubuhnya sakit, demam, pusing, nyeri. Ternyata dalam tubuhnya, kromosom dan gennya telah berinteraksi dengan zat yang masuk dari gigitan laba-laba tadi.
Yup, betul sekali karena berinteraksi dengan zat tersebut kromosom manusianya menjadi kromosom bentuk lain.Wal hasil, esok paginya Paker mendapati tubuhnya menjadi berotot dan matanya tidak lagi minus. Kemudian dia pun bisa lari lebih cepat dari biasanya, lompatannya juga lebih tinggi. Sampai di sekolah dia hendak dihajar oleh temannya, tapi apa yang terjadi? Parker yang culun itu bisa menghindari serangan si teman dengan mudah bahkan dapat balik menghajarnya. Lanjut cerita dia bisa manjat dinding dan mengeluarkan jaring sampai akhirnya dia menjadi SPIDERMAN sang pahlawan superhero yang namanya dikenal setiap orang dan ditakuti penjahat.
Wow keren ya, tapi ternyata kita pun bisa menjadi lebih dari spiderman. Gimana caranya?? Apa harus digigit laba-laba yang sudah terkena sinar radio aktif? Lihatlah tadi kromosom paker berinteraksi dengan zat dari gigitan laba-laba itu. Kita juga bisa menginterasikan diri dengan sesuatu yang sangat hebat,yang sangat luar biasa ,yang akan membuat kita lebih dari SPIDERMAN, SUPERMAN, BATMAN dan MAN-MAN yang lain, yang tentu saja jaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuhhh banget lebih hebat dari zat laba-laba tadi. Apa itu???? Jawabnya tak lain adalah AL QURAN.
Coba bayangkan ketika seorang membaca Al Quran, mengetahui artinya, memahami makna serta tafsirnya. Al Quran itu akan masuk ke dalam darah,mengalir menyinari,menembus otak mencerahkannya, berinteraksi dengan DNA,kromosom,tulang menjadikannya lebih kuat sehingga terbentuk manusia-manusia yang luar biasa,manusia- manusia yang berani.Contoh orang yang berhasil menjadi manusia yang luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran adalah para Sahabat Rasulullah SAW. Bilal bin Rabbah ra.yang dulunya budak hitam (tanpa bermaksud merendahkan bekiau), menjadi pejuang Islam yang namanya dikenal setiap orang saat ini,muadzin Rasulullah SAW. Ali bin Abi Tholib ra menjadi pemuda yang sangat berani menggetarkan musuh. Thariq bin Ziyad sang penakluk selat Gibraltar, Rabi' bin Amr yang tidak mau ‘ndungkluk' dihadapan Rustum ,raja Romawi yang kafir. Wow keren kan ,orang-orang di atas adalah orang-orang yang menjadi luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran, yup betul sekali tentunya lebih hebat dari Spiderman, jauh banget. Bayangkan saja, Spiderman hanya bisa menaklukan segelintir perampok atau paling poll Globin dan DR.Octovius tapi Thariq bin Ziyad tadi bisa menaklukan selat atau negara. Allah Akbar.
Al Quran adalah dahsyat karena itu adalah petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika kita ingin menjadi orang yang berani, pembela kebenaran dan luar biasa maka berinteraksilah dengan Al Quran. Dengan Al Quran si penakut jadi pemberani, si lemah jadi kuat, si pecundang jadi pahlawan.
Pernah seorang pendeta nasrani berkata pada pengikutnya,jika kamu ingin menghancurkan pemuda Islam maka cara yang tepat bukan dengan memurtadkan mereka tapi dengan menjauhkan Al Quran dari mereka. Pendeta itu faham bahwa yang menjadikan pemuda Islam kuat adalah interaksinya dengan Al Quran, maka dia perintahkan pengikutnya untuk menjauhkan kita dari Al Quran. Dia begitu takut jika para pemuda dekat dengan Al Quran.
Maka,bangkitlah dengan Al Quran,jadikan tulangmu lebih kuat dengannya,otakmu lebih tajam dengannya dan hidupmu mulia.Dan jadilah lebih dari sekedar spiderman. Wallahu a'lam bishowb.
Yup, betul sekali karena berinteraksi dengan zat tersebut kromosom manusianya menjadi kromosom bentuk lain.Wal hasil, esok paginya Paker mendapati tubuhnya menjadi berotot dan matanya tidak lagi minus. Kemudian dia pun bisa lari lebih cepat dari biasanya, lompatannya juga lebih tinggi. Sampai di sekolah dia hendak dihajar oleh temannya, tapi apa yang terjadi? Parker yang culun itu bisa menghindari serangan si teman dengan mudah bahkan dapat balik menghajarnya. Lanjut cerita dia bisa manjat dinding dan mengeluarkan jaring sampai akhirnya dia menjadi SPIDERMAN sang pahlawan superhero yang namanya dikenal setiap orang dan ditakuti penjahat.
Wow keren ya, tapi ternyata kita pun bisa menjadi lebih dari spiderman. Gimana caranya?? Apa harus digigit laba-laba yang sudah terkena sinar radio aktif? Lihatlah tadi kromosom paker berinteraksi dengan zat dari gigitan laba-laba itu. Kita juga bisa menginterasikan diri dengan sesuatu yang sangat hebat,yang sangat luar biasa ,yang akan membuat kita lebih dari SPIDERMAN, SUPERMAN, BATMAN dan MAN-MAN yang lain, yang tentu saja jaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuhhh banget lebih hebat dari zat laba-laba tadi. Apa itu???? Jawabnya tak lain adalah AL QURAN.
Coba bayangkan ketika seorang membaca Al Quran, mengetahui artinya, memahami makna serta tafsirnya. Al Quran itu akan masuk ke dalam darah,mengalir menyinari,menembus otak mencerahkannya, berinteraksi dengan DNA,kromosom,tulang menjadikannya lebih kuat sehingga terbentuk manusia-manusia yang luar biasa,manusia- manusia yang berani.Contoh orang yang berhasil menjadi manusia yang luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran adalah para Sahabat Rasulullah SAW. Bilal bin Rabbah ra.yang dulunya budak hitam (tanpa bermaksud merendahkan bekiau), menjadi pejuang Islam yang namanya dikenal setiap orang saat ini,muadzin Rasulullah SAW. Ali bin Abi Tholib ra menjadi pemuda yang sangat berani menggetarkan musuh. Thariq bin Ziyad sang penakluk selat Gibraltar, Rabi' bin Amr yang tidak mau ‘ndungkluk' dihadapan Rustum ,raja Romawi yang kafir. Wow keren kan ,orang-orang di atas adalah orang-orang yang menjadi luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran, yup betul sekali tentunya lebih hebat dari Spiderman, jauh banget. Bayangkan saja, Spiderman hanya bisa menaklukan segelintir perampok atau paling poll Globin dan DR.Octovius tapi Thariq bin Ziyad tadi bisa menaklukan selat atau negara. Allah Akbar.
Al Quran adalah dahsyat karena itu adalah petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika kita ingin menjadi orang yang berani, pembela kebenaran dan luar biasa maka berinteraksilah dengan Al Quran. Dengan Al Quran si penakut jadi pemberani, si lemah jadi kuat, si pecundang jadi pahlawan.
Pernah seorang pendeta nasrani berkata pada pengikutnya,jika kamu ingin menghancurkan pemuda Islam maka cara yang tepat bukan dengan memurtadkan mereka tapi dengan menjauhkan Al Quran dari mereka. Pendeta itu faham bahwa yang menjadikan pemuda Islam kuat adalah interaksinya dengan Al Quran, maka dia perintahkan pengikutnya untuk menjauhkan kita dari Al Quran. Dia begitu takut jika para pemuda dekat dengan Al Quran.
Maka,bangkitlah dengan Al Quran,jadikan tulangmu lebih kuat dengannya,otakmu lebih tajam dengannya dan hidupmu mulia.Dan jadilah lebih dari sekedar spiderman. Wallahu a'lam bishowb.
Kamis, 10 Februari 2011
Perhitungan pendapatan nasional
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Hal ini di karenakan :
Pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.
Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi oleh suatu perekonomian.
Dalam analisis kebijakannya, istilah yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Products (GDP). Istilah tersebut juga merujuk pada pengertian :
“Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.”
“the total market value of all final goods and services produced within a given period, by factors of production located within a country.” (case & fair, 1996).
Tercakup dalam definisi di atas adalah ;
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir (untuk konsumsi).
2. Harga pasar, yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yang berlokasi di Negara yang bersangkutan, dalam arti perhitungan PDB tidak mempertimbangkan asal faktor produksi (milik perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.
1. Siklus aliran pendapatan (circular flow) dan interaksi antar pasar.
a. Siklus Aliran Pendapatan (Cirlular Flow)
Model circular flow membagi perekonomian menjadi empat sector :
• Sektor Rumah Tangga (Household Sector)
• Sektor Perusahaan (Firms Sector)
• Sektor Pemerintah (Government Sector)
• Sektor Luar Negeri (Foreign Sector)
b. Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets)
Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama (three basic markets) :
• Pasar Barang Dan Jasa (Goods And Services Market)
• Pasar Tenaga Kerja (Labour Market)
• Pasar Uang Dan Modal (Money And Capital Market
2. Metode penghitungan pendapatan nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output (output approach), metode pendapatan (income approach), dan metode pengeluaran (exspenditure approach). Masing-masing metode (pendekatan) melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (Output Approach) Atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi.
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas factor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
c. Pengeluaran (Exspenditure Approach)
menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
• Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
• Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
• Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
• Ekspor Neto (Neto Export)
3. Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
tujuan perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang harus di pelajari berkaitan dengan hal tersebut adalah :
a. Produk Domestic Bruto (Gross Domestic Products)
b. Produk Nasional Bruto (Gross National Products)
c. Produk Nasional Neto (Net National Products)
d. Pendapatan Nasional (National Income)
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
f. Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)
4. PDB harga berlaku dan harga konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang di hasilkan. Sebagai contoh : PDB 2007 adalah hasil perkalian antara harga barang tahun 2007 dengan jumlah barang yang di produksi tahun 2007.
Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam kondisi baik atau stabil. Dan harga barang pada tahun tersebut dapat kita gunakan sebagai harga konstan.
5. Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB Dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita.
Biasanya makin tinggi angka PDB perkapita, kemakmuran rakyat di anggap makin tinggi. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) juga menggunakan angka PDB perkapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu Negara.
b. Perhitungan PDB Dan Masalah Kesejahteraan Social
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan social suatu masyarakat. Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang di pakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak di perhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang di anggap memenuhi kebutuhan fisik atau materi yang dapat di ukur dengan nilai uang.
c. PDB Per Kapita Dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Untuk memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan :
• Jumlah dan komposisi penduduk
• Jumlah dan struktur kesempatan kerja
• Faktor-faktor nonekonomi
d. Penghitungan PDB Dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
(Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang di laporkan oleh badan pusat statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu Negara.
Di Negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih di sebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih di dominasi oleh kegiatan pertanian dan informal.
http://www.alvis26.co.cc/2010/04/perhitungan-pendapatan-nasional.html
Pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.
Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi oleh suatu perekonomian.
Dalam analisis kebijakannya, istilah yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Products (GDP). Istilah tersebut juga merujuk pada pengertian :
“Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.”
“the total market value of all final goods and services produced within a given period, by factors of production located within a country.” (case & fair, 1996).
Tercakup dalam definisi di atas adalah ;
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir (untuk konsumsi).
2. Harga pasar, yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yang berlokasi di Negara yang bersangkutan, dalam arti perhitungan PDB tidak mempertimbangkan asal faktor produksi (milik perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.
1. Siklus aliran pendapatan (circular flow) dan interaksi antar pasar.
a. Siklus Aliran Pendapatan (Cirlular Flow)
Model circular flow membagi perekonomian menjadi empat sector :
• Sektor Rumah Tangga (Household Sector)
• Sektor Perusahaan (Firms Sector)
• Sektor Pemerintah (Government Sector)
• Sektor Luar Negeri (Foreign Sector)
b. Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets)
Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama (three basic markets) :
• Pasar Barang Dan Jasa (Goods And Services Market)
• Pasar Tenaga Kerja (Labour Market)
• Pasar Uang Dan Modal (Money And Capital Market
2. Metode penghitungan pendapatan nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output (output approach), metode pendapatan (income approach), dan metode pengeluaran (exspenditure approach). Masing-masing metode (pendekatan) melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (Output Approach) Atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi.
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas factor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
c. Pengeluaran (Exspenditure Approach)
menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
• Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
• Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
• Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
• Ekspor Neto (Neto Export)
3. Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
tujuan perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang harus di pelajari berkaitan dengan hal tersebut adalah :
a. Produk Domestic Bruto (Gross Domestic Products)
b. Produk Nasional Bruto (Gross National Products)
c. Produk Nasional Neto (Net National Products)
d. Pendapatan Nasional (National Income)
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
f. Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)
4. PDB harga berlaku dan harga konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang di hasilkan. Sebagai contoh : PDB 2007 adalah hasil perkalian antara harga barang tahun 2007 dengan jumlah barang yang di produksi tahun 2007.
Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam kondisi baik atau stabil. Dan harga barang pada tahun tersebut dapat kita gunakan sebagai harga konstan.
5. Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB Dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita.
Biasanya makin tinggi angka PDB perkapita, kemakmuran rakyat di anggap makin tinggi. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) juga menggunakan angka PDB perkapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu Negara.
b. Perhitungan PDB Dan Masalah Kesejahteraan Social
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan social suatu masyarakat. Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang di pakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak di perhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang di anggap memenuhi kebutuhan fisik atau materi yang dapat di ukur dengan nilai uang.
c. PDB Per Kapita Dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Untuk memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan :
• Jumlah dan komposisi penduduk
• Jumlah dan struktur kesempatan kerja
• Faktor-faktor nonekonomi
d. Penghitungan PDB Dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
(Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang di laporkan oleh badan pusat statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu Negara.
Di Negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih di sebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih di dominasi oleh kegiatan pertanian dan informal.
http://www.alvis26.co.cc/2010/04/perhitungan-pendapatan-nasional.html
*Memahami Masalah dan Keterbatasan Perhitungan PDB*
Semua negara di dunia menghitung PDB untuk kinerja perekonomiannya. Walaupun begitu , data PDB perlu dilihat secara hati-hati karena ada beberapa hal yang tidak dapat diakomodasikan sehingga tidak dapat menjadi satu-satunya indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan suatu negara .
Masalah PDB
Permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun , akan terjadi bias jika kita salah menggunakan perhitungan PDB .
Keterbatasan Perhitungan PDB
PDB tidak memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy” (perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal seperti penjualan narkoba , dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk dalam perhitungan PDB . Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih rendah) dari yang seharusnya .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional
http://www.endz4shared.co.cc/2010/05/pengertian-pendapatan-nasional.html
Masalah PDB
Permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun , akan terjadi bias jika kita salah menggunakan perhitungan PDB .
Keterbatasan Perhitungan PDB
PDB tidak memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy” (perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal seperti penjualan narkoba , dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk dalam perhitungan PDB . Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih rendah) dari yang seharusnya .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional
http://www.endz4shared.co.cc/2010/05/pengertian-pendapatan-nasional.html
Langganan:
Postingan (Atom)