Setiap orang, sekali waktu dalam kehidupan ini, pasti pernah mempertanyakan dalam dirinya tentang dari mana ia berasal, akan kemana, dan apa tujuan sebenarnya dari kehidupan ini. Oleh sebab itu satu-satunya cara adalah mengubah pola pikir manusia itu sendiri dengan memberikan penjelasan tentang pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan (di dunia dan akhirat). Penjelasan ini hanya di dapat didalam Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.
Pada saat Allah menciptakan manusia, Ia tidak pernah meminta pendapat kita, apa perlu penciptaan itu atau tidak. Artinya Allah Maha Berkehendak. Dia telah memiliki tujuan yang mutlak berkenaan dengan penciptaan manusia.
Jadi, sekiranya kita yang dilahirkan ke bumi ini mencari dan menciptakan tujuan hidup sendiri, berarti kita telah mengkhianati Allah yang menciptakan kita. Tujuan hidup yang harus dicapai manusia adalah tujuan yang telah ditetapkan Allah. Ada nggak manusia yang usul agar dirinya diciptakan Allah karena ia mempunyai cita-cita yang hendak dicapainya di dunia ini ? tidak ada. Dua pokok masalah yang penting yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan ‘Tujuan”?
2. Apakah “Kehidupan”?
TUJUAN adalah sesuatu yang ingin dicapai manusia sesuai dengan fitrah dan keinginan-keinginan manusia.
Sedangkan KEHIDUPAN menurut pandangan Al-Qur’an :
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs.18/45 dan 10/24).
Dari ayat-ayat tersebut diatas seolah-olah Sang Pencipta mengatakan :
“HIDUP ADALAH FENOMENA KEILAHIAN”. Kehidupan dengan aspek alamiahnya tidak bisa membawa umat manusia kepada tujuan ideal hidup di dunia ini. Mengapa demikian? Sebabnya adalah Bahwa kehidupan ini adalah sebagai sarana untuk memasuki tahap kehidupan yang abadi.
“….supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir”. (Qs.36/70). Mereka yang siap untuk menerima pesan para Nabi dan siap pula untuk menggunakan akal dan hati nurani, mereka inilah yang akan hidup bahagia di dunia yang diciptakan Allah ini. Firman Allah :
“Maka hadapkanlah wajah (tujuan hidup)mu dengan hanif kepada Ad-Dien (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu …” (Qs.30/30).
“Dan siapakah yang lebih baik Diennya daripada orang-orang yang ikhlas menyerahkan (tujuan hidup)nya kepada (tujuan) Allah sedang ia mengerjakan kebaikan …. “ (Qs.4/125)
Tujuan hidup manusia adalah memeluk Dien yang hanif dan menyerahkan seluruh tujuan hidupnya kepada tujuan Allah menciptakan manusia. Seluruh hidup manusia harus menyerahkan seluruh kehendaknya kepada kehendak Allah. Itulah yang disebut kehidupan mencari ridho Allah, sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah menciptakan manusia.
“Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (Qs.3/83)
Bagi orang yang beriman tidak punya cita-cita lain dalam kehidupan di dunia kecuali hanya satu yaitu “Ridho Allah”. Kenikmatan hidup yang paling hakiki terletak pada keridhoan Allah dan itu adalah kebahagiaan sejati. Sabda Nabi s.a.w:
“Barangsiapa yang mencari keridhoan Allah dengan kemurkaan manusia, pasti Allah mencukupi kepadanya daripada keperluan kepada manusia dan barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan kemurkaan Allah pasti Allah serahkan dia kepada manusia”. (HR.Tirmidzi).
Firman Allah SWT :
“Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Qs.2/207).
Kepuasan hidup bukan terletak pada bentuk dan wujud materi, tetapi kebahagiaan jiwa karena mendapat ridho Allah. Sabda Rasululloh s.a.w. :
“Kaya itu bukanlah karena banyaknya harta, tetapi (hakekat) kaya itu adalah kaya (kepuasan) jiwa hati”. (HR.Bukhari-Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar